PERKEMBANGAN STUDI SEJARAH
Posted in
Selasa, 22 Mei 2012
Orang dapat
mengetahui peristiwa masa lampau atau sejarah masa lampau, hal itu dikarenakan
diceritakan oleh orang lain atau dari membaca tulisan orang lain yang berisi
tentang sejarah.
Jadi orang dapat mengetahui sejarah masa lalu,
itu dapat berasal dari :
1.
Dari
cerita orang
2.
Dari
tulisan yang tulis oleh orang lain
Sejarah masa lampau biasanya menceritakan tentang
orang-orang besar (riwayat hidup raja-raja zaman dulu, atau pemimpin, dan
orang-orang penting atau yang menduduki jabatan pada masa itu).
Di masa lalu, kerajaan-kerajaan mempunyai orang yang
bertugas menuliskan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa itu.
Biasanya orang yang menulis sejarah ini adalah pujangga atau sastrawan di
kerajaan tersebut. Karya tulisan mereka
biasanya berbentuk babad. Di dalam babad inilah dituliskan silsilah raja-raja
kerajaan, atau tentang orang yang memimpin kerajaan.
Sejarah
yang banyak ditulis di masa lalu yaitu
tentang sejarah politik. Sejarah ini banyak menceritakan tentang
orang-orang besar atau orang-orang yang memiliki pengaruh pada waktu itu.
SEJARAH
DALAM PERKEMBANGAN BARU
Contohnya
yaitu : Arsip
Sejarah
modern Indonesia di mulai pada tahun 1957. Sejarah ini telah menggunakan
sumber-sumber sejarah.
Sumber
sejarah pada masa penjajahan atau pada masa orang-orang eropa menduduki
kepulauan Indonesia , yaitu menggunakan sumber Nederland centris. Hal ini karena yang kebanyakan menuliskan
tentang sejarah adalah orang-orang Belanda. Sehingga sudut pandang penulisan
sejarah, juga sesuai pemikiran bangsa Belanda.
Tetapi
sesudah masyarakat Indonesia mengenal tulis-menulis dan di bangun
sekolah-sekolah, mulai sejak itu orang-orang Indonesia juga banyak yang
menuliskan tentang Sejarah Indonesia ( Indonesia
Centris).
PERUBAHAN
SEJARAH :
1. Sejarah
Konvensional
Yaitu,
sejarah tentang orang besar.
2. Sejarah
Kritis
Yaitu,
sejarah yang telah menggunakan Arsip/dokumen, dan juga kajian sejarah
menggunakan ilmu baru. ( sejarah yang saat ini/sekarang dipegang sebagai sumber
pengembangan Historis).
PENULISAN SEJARAH DI INDONESIA
Historigrafi Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu diselenggarakannya
Seminar Sejarah Nasional Indonesia Pertama di Yogyakarta. Tahun itu dianggap
sebagai titik tolak kesadaran sejarah baru. Sementara itu, kurun histografi
tradisional dapat dianggap berakhir dengan ditulisnya buku Cristische Beschouwing van de Sadjarah van Banten oleh Hosein
Djajadiningrat pada tahun 1913. Buku itu ditulis dengan cara kritis mengkaji
tradisi penulisan babad dalam khasanah sastra.
Agenda seminar itu meliputi filsafat sejarah nasional, periodisasi
sejarah Indonesia, dan pendidikan sejarah. Dari sinilah, mulai “nasionalisasi”
atau menggunakan istilah saat ini “pribumi” histografi Indonesia.
Peradapan yang berkelanjutan sampai tahun 1970 ialah
pertama, pertanyaan
tentang Nederlandocentrisme dan Indonesiacentrisme bagaimana meletakkan tekanan
pada sejarah orang Indonesia dalam sejarah Indonesia. Kepustakaan sejarah yang
ada pada waktu itu lebih banyak menekankan peranan orang Eropa, dan melihat
sejarah Indonesia sebagai sejarah ekspansi Eropa di Indonesia. Pertanyaan kedua
ialah tentang objektivitas dan subjektivitas dalam histografi. Sue Nichterlein
telah meringkaskan perdebatan itu dalam artikelnya, “Historicism and
Historigraphy in Indonesia” sebuah pembicaraan yang meliput periode sampai
1970. Sebuah buku lain yang membicarakan alam pikiran sejarawan Indonesia,
yaitu buku William H. Frederick dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi. Buku ini
meliput periode yang lebih lama, dan
mengandung permasalahan yang beragam mengenai sejarah Indonesia.
Banyaknya perubahan telah terjadi pada tahun-tahun setelah 1970, tidak
saja dalam arti pemikiran tentang bagaimana sejarah seharusnya ditulis, tetapi
juga kegiatan dalam arti yang konkret, seperti diwujudkan dalam perkembangan
kelembagaan, ideologi dan substansi sejarah.
Kategori pertama dari kepustakaan sejarah ialah yang ditulis oleh
sejarawan akademis, kelompok yang sebenarnya mempunyai tanggung jawab terbesar
dalam perkembangan historigrafi.
Alasannya cukup jelas, sejarawan akademis ialah mereka yang paling sadar
tentang apa yang dikerjakan, mempunyai pendapat yang penuh pertimbangan tentang
yang ditulis.
Sejak jurusan sejarah yang pertama didirikan pada tahun 1949, jumlah
jurusan dan program ilmu sejarah terus berkembang, baik dalam wadah universitas
maupun institut keguruan. Semuanya telah menyumbangkan karya tulisnya dalam
perbendaharaan sejarah Indonesia.
Dalam penulisan sejarah kontemporer, misalnya penulis-penulis skripsi
tidak saja ingat persoalan politik, tetapi sudah menjangkau masalah-masalah
sosial, agama, budaya dengan pendekatan-pendekatan baru berdasar pengetahuan
mereka mengenai ilmu-ilmu sosial.
Mereka yang membuat disertasi, baik di dalam maupun di luar negeri sejak
1975 sampai 1987 hampir semuanya mengambil sejarah nasional sebagai garapan.
Kekurangan terbesar dari tulisan-tulisan akademis itu ilah pembagian perhatian
wilayah yang tak seimbang. Kebanyakan
skripsi dan disertasi memusatkan perhatian pada daerah jawa. Dalam pembagian
waktu, perhatian utama ialah pada abad ke-19, hanya sedikit yang menaruh
perhatian pada masalah kontemporer, barangkali sebab utamanya ialah faktor
resiko “politik” yang terlalu besar dalam penggarapan periode kontemporer.
Tradisi intelektual sejarawan Indonesia dapat dilacak pada Seminar
Sejarah Pertama, tetapi untuk menunjuk buku yang paling dahulu berpengaruh
barangkali publikasi Soedjatmoko, An
Introduction to Indonesia Historiography, yang memuat berbagai keterangan
mengenai sumber sejarah dan sumbangan berbagai disiplin untuk penulisan
sejarah, merupakan landasan intelektual yang penting. Menjelang buku pengantar
ke ilmu sejarah berdasar “ilmu sosial” itu, usaha untuk sejarah Indonesia
otonom gema dari Seminar Pertama dikerjakan secara baik oleh John R. Smail
dalam artikelnya. “Toward an Autonomous History of Indonesia”. Tulisan ini
berusaha melihat sejarah Indonesia dari pandangan orang dalam, dengan
menekankan dinamika masyarakat Indonesia sendiri sehingga Indonesia bukanlah
hanya ajang dari permainan kekuatan luar semata-mata. Dengan munculnya sejarah
yang “social scientific” lengkaplah
sudah dianggap selesai. Dalam hal ini rupanya ilmu sejarah berada di depan
ilmu-ilmu lain dalam proses “pribumisasi” itu, sekalipun dampak isu
“pribumisasi” ilmu sosial barangkali juga akan mendapatkan ruang dalam
penulisan sejarah selanjutnya. Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam penulisan
sejarah atau, apa yang disebut pendekatan multidimensional, pendekatan sejarah struktural,
sejarah analitis sangat dianjurkan oleh Sartono Kartodirjo yang menjadi “sespuh”
bagi sejarawan-sejarawan yang lebih muda. Bukunya, Pemikiran dan Perkembangan Historigrafi Indonesia: Suatu alternatif,
telah membuka cakrawala baru dalam penulisan sejarah Indonesia dalam segi teori
dan metodologi.
Sejak Seminar ini sebuah panitia dibentuk untuk memulai penulisan buku
standar sejarah Indonesia. Buku standar itu bukan saja akan membawa ketegasan
yang Indonesiasentris, tetapi juga membawa kemajuan yang dicapai dalam Seminar
Sejarah Nasional Indonesia Kedua dengan cita-cita sejarah struktural dan
analitik. Hasil yang dicapai ialah buku edisi pertama Sejarah Nasional Indonesia yang berjumlah enam jilid, yang tidak
saja menekankan kronologi, proses, tetapi juga sejarah yang
sinkronik-struktural.
Jika Seminar Sejarah Nasional Kedua menjawab tantangan Seminar Sejarah
Nasional Pertama, maka Seminar Sejarah Nasioanl Ketigta di Jakarta tahun 1981
menjawab tantangan ke arah sejarah dengan pendekatan ilmu sosial sebagaimana
dijanjikan dalam Seminar Sejarah Nasional Kedua di Yogyakarta. Seminar Ketiga
ini dengan jelas menunjukkan bahwa sejarawan Indonesia sudah sungguh sadar
tentang teoretik dan metodologis dalam penulisan.
Kemajuan-kemajuan semacam itu dicatat pula dalam Seminar Sejarah Lokal
Pertama tahun 1982. Tidak seperti seminar sejarah nasional, yang
diorganisasikan berdasar periode, Seminar Sejarah Lokal menekankan topik dan
isu, sebuah sejarah yang “problem-oriented”. Tekanannya ialah pada sejarah
pedesaan dan kota dengan bandingan yang sama. “perkembangan dan perubahan”
menjadi isu sentral bagi banyak masalah, semuanya dengan perspektif sejarah.
Seminar Sejarah Lokal Kedua diselenggarakan pada tahun 1984. Keinginan untuk
adanya relevansi kegunaan sejarah untuk pembangunan menguasai suasana seminar.
Seminar terakhir ini secara kualitatif adalah suatu prestasi tersendiri, sebuah
langkah maju, bukan saja untuk sejarawan, tetapi juga untuk para ilm uwan
sosial lainnya.
Seminar Sejarah Lokal Kedua itu telah mengundang banyak makalah mengenai
sejarah lokal luar-Jawa, sehingga dengan tema sejarah lokal, banyak ilmuwan
sosial di luar didiplin sejarah tertarik untuk mengambil bagian. Ada makalah
yang disajikan oleh ahli geografi, linguistik, antropologi, dan banyak lagi,
sehingga seminar itu menuju ke sejarah interdisipliner yang sesungguhnya.
Yang menarik dalam seminar itu ialah digunakannya banyak metode sejarah
lisan oleh beberapa sejarawan muda yang menulis mengenai periode revolusi.
Sejarah lisan bahkan kadang-kadang menjadi satu-satunya jalan menuju
penggalian sumber sejarah.
Hasil kerja Seminar 1984 itu menarik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) untuk memprakarsai sebuah seminar lain. Seminar itu direncanakan dalam
beberapa tahapan, yang tahap awalnya sudah diselenggarakan akhir tahun 1984 itu
juga, dan dihadiri oleh ahli filsafat, sosiologi, ekonomi, dan ilmu politik.
Melalui studi tentang paralelisme sejarah dan sejarah komparatif, proses
perubahan sosial di beberapa tempat di Indonesia dapat dijelaskan secara rinci,
karena sejarah barangkali satu-satunya ilmu yang sangat memperhatikan detail.
Penyelenggaraan Seminar Sejarah Nasional Keempat di Yogyakarta 1985.
Kantor sejarah militer itu didirikan di lingkungan ABRI pada tahun 1964.
Tradisi sejarah militer sebenarnya sudah diletakkan jauh sebelum adanya lembaga
itu. Tokoh-tokoh militer yang penting seperti A.H Nasution, T.B Simatupang dan
Hasan Basry telah menulis pengalaman mereka sewaktu revolusi fisik dalam
memoire mereka.
Publikasi dari sejarah militer meliputi peristiwa-peristiwa revolusi
fisik dan dokumentasi operasi-operasi militer sesudahnya. Dalam setiap operasi
militer, seperti misalnya ke Timor-Timur, personil dari sejarah militer selalu
diikutsertakan untuk merekam peristiwa.
Perlu dicatat disini bahwa buku A.H Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan, patut dicatat sebagai penemuan penting
dalam sejarah militer, baik dalam dokumentasi perhatian pada rincian, dan
peristiwa kemanusiaan, meskipun buku itu sendiri bukanlah penerbitan dari
lembaga resmi.
Kendala birokrasi sangatlah mempengaruhi hasil kerja sejarawan militer.
Hierarki kedinasan terlalu ketat dalam sistem kerja mereka, sehingga
karakteristik dan gaya pribadi sejarawan akan larut bersama aturan-aturan
birokrasi itu.
Di luar ketiga
kategori yang sudah disebut sejarah akademis, sejarah Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional (IDSN), dan sejarah militer masih perlu disebut sebuah
kategori lagi,
yaitu sejarah populer.
Ada buku
populer yang sungguh mengejutkan, seperti buku Tuanku Rao yang
memperoleh sambutan hangat dari masyarakat karena isu-isunya yang menghebohkan.
Selain itu, tulisan-tulisan Slamet
Mulyono mengenai masa-masa Majapahit dan
permulaan Islam juga banyak mendapatkan tanggapan.
Buku sejarah
yang patut dicatat sebagai karya yang memang khusus direncanakan untuk
diterbitkan secara mandiri ialah biografi. Sebuah contoh dari biografi yang
dengan cepat terjual habis ialah buku biografi Sultan
Hamengkubuwana IX, Tahta dan Rakyat.
Nama seperti Soebagjo I.N. adalah orang yang paling produktif dan berjasa
dalam menyelamatkan riwayat hidup
banyak tokoh nasional. Lebih dari sepuluh biografi telah ditulisnya dalam lima
belas tahun terakhir, suatu kerja keras yang tak seorang sejarawan pun dapat menandinginya. Ada lagi
buku biografi yang ditulis oleh keluarga dekat tokoh politik dan militer
yang sudah meninggal. Buku yang ada di pasaran misalnya ialah tulisan isteri dari almarhum Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi itu, dan buku yang ditulis oleh Rachmawati
Soekarno Puteri yang melukiskan
kehidupan Sukarno, sang ayah, dan ibundanya
yang disingkirkan dari istana, Fatmawati. Biasanya buku kenangan semacam itu ditulis
bersama seorang penulis tersamar dengan bantuan penuh dari keluarga mengenai riwayat, dan
dokumen yang
diperlukan. Ayip Rosyidi sudah menulis tentang Syafruddin Prawiranegara
dan Ramadhan K.H. tentang Inggit
Garnasih. Buku terakhir ini, Kuantar ke Gerbang oleh
Ramadhan menarik karena tidak mengklaim sebagai biografi sungguhan, tetapi lebih
sebagai roman biografi. Dalam buku ini terselip imajinasi pengarang, sehingga
buku itu
enak dibaca seperti layaknya sebuali novel yang baik. Sayang, karena ditulis dari perspektif
“seorang isteri” tidak banyak diungkapkan kehidupan politik Sukarno pada waktu awal
karirnya. Barangkali
bukan itu memang maksud pengarangnya.
Salah satu produksi buku yang luas pemasarannya rupanya ialah buku-buku tentang sejarah Islam. Nama-nama seperti
Taufik Abdullah dan Deliar Noer patut
disebut sebagai pengarang yang produktif. Kadang-kadang penerbitan buku sejarah diambil dari disertasi, seperti misalnya buku H. Aqib Suminto, Politik Islam
Hindia Belanda. Buku itu
diterbitkan tentu dengan harapan akan menarik minat pembaca, karena keingintahuan pembaca tentang
paralelisme dalam sejarah. Selain
buku tentang Islam, yang menarik juga ialah buku dengan latar belakang etnis. Sebuah buku tentang Sumatera Barat yang ditulis oleh Rusli Amran, Sumatera Barat
Plakat Panjang dan Sumatera
Barat Hingga Plakat Panjang, dengan
cepat terjual.
Arsip Nasional yang mengerjakan
kearsipan statis dan dinamis mempunyai
cabang-cabangnya di tingkat lebih bawah, sekalipun sekarang masih dalam tingkat rintisan.
Proyek sejarah
lisan yang dirintis oleh Arsip Nasional sejak tahun 1970 sekarang telah banyak
menghasilkan. Wawancara dengan tokoh-tokoh nasional, maupun dengan
rakyat kebanyakan, menjanjikan banyak kesempatan bagi penulisan sejarah sosial,
politik, militer yang belum terjangkau sampai saat ini. Ada beberapa wawancara
yang sudah diterbitkan, tetapi lebih banyak lagi yang masih tersimpan sebagai kaset. Publikasi Arsip
Nasional, Buletin Sejarah Lisan, menyerbarluaskan hasil-hasil
pekerjaan lembaga itu, sekaligus meyakinkan publik mengenai pentingnya sejarah lisan.
Pengalaman mereka
yang lebih dua dasawarsa itu patut menjadi bahan kajian untuk merintis kegiatan yang sama bagi jurusan di
daerah-daerah, terutama karena begitu banyak
tokoh, peristiwa, yang akan lenyap dari
memori saksi mata dalam waktu dekat ini. Yang masih terasa berat barangkali ialah “keabsahan” sumber lisan sebagai sumber sejarah. Akan tetapi, itu
permasalahan metode sejarah yang dapat
dipecahkan.
Kegiatan lain
dari Arsip Nasional ialah penerbitan sumber sejarah. Banyak yang sudah diterbitkan, di
antaranya ialah surat-surat perjanjian antara pemerintah kolonial dengan raja-raja
lokal, memori serah
jabatan, laporan pedesaan, laporan-laporan politik.
Jasa
dari Perpustakaan
Nasional yang menyimpan banyak buku-buku lama. Akan tetapi, jasa yang paling besar ialah tersimpannya
majalah dan surat-surat kabar dari seluruh Indonesia.
Sebagai kesimpulan, kita mencatat
bahwa selama ini kegiatan sejarah masih
terlalu banyak bergantung pada dukungan dari pemerintah. Bagian dari “usaha swasta” dalam penulisan sejarah sudah
cukup banyak, tetapi masih belum mampu untuk menarik perhatian sejarawan melepaskan diri dari
ketergantungan pada uluran tangan
pemerintah. Barangkali hal ini disebabkan oleh masih langkanya publik pembaca sejarah, karena tingkat
baca secara nasional masih rendah.
Dalam hal ini sejarawan rupanya lebih dibatasi oleh kelangkaan dana yang
mandiri, lebih dari pada keterbatasan ideologis. Pertumbuhan pasar untuk
tulisan sejarah masih terbatas. Pembaca belum bersedia mendukung pertumbuhan
historiografi Indonesia. Tidak ada jurnal sejarah yang terbit secara teratur,
baik akademis maupun popular. Sejarah masih merupakan barang mewah yang sedikit
peminatnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
JT casino and sports betting license granted in
The 사천 출장안마 licensing agreement for the 양주 출장마사지 new JT Casino is 영주 출장마사지 set to become effective 하남 출장안마 in the second half 제천 출장마사지 of 2022. JT is licensed to operate on
Posting Komentar