RSS

PERKEMBANGAN STUDI SEJARAH



Orang dapat mengetahui peristiwa masa lampau atau sejarah masa lampau, hal itu dikarenakan diceritakan oleh orang lain atau dari membaca tulisan orang lain yang berisi tentang sejarah.
Jadi orang dapat mengetahui sejarah masa lalu, itu dapat berasal dari :
1.      Dari cerita orang
2.      Dari tulisan yang tulis oleh orang lain

Sejarah masa lampau biasanya menceritakan tentang orang-orang besar (riwayat hidup raja-raja zaman dulu, atau pemimpin, dan orang-orang penting atau yang menduduki jabatan pada masa itu).
Di masa lalu, kerajaan-kerajaan mempunyai orang yang bertugas menuliskan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa itu. Biasanya orang yang menulis sejarah ini adalah pujangga atau sastrawan di kerajaan tersebut. Karya tulisan  mereka biasanya berbentuk babad. Di dalam babad inilah dituliskan silsilah raja-raja kerajaan, atau tentang orang yang memimpin kerajaan.
Sejarah yang banyak ditulis di masa lalu yaitu  tentang sejarah politik. Sejarah ini banyak menceritakan tentang orang-orang besar atau orang-orang yang memiliki pengaruh pada waktu itu. 


SEJARAH DALAM PERKEMBANGAN BARU
Contohnya yaitu :     Arsip

Sejarah modern Indonesia di mulai pada tahun 1957. Sejarah ini telah menggunakan sumber-sumber sejarah.

Sumber sejarah pada masa penjajahan atau pada masa orang-orang eropa menduduki kepulauan Indonesia , yaitu menggunakan sumber Nederland centris. Hal ini karena yang kebanyakan menuliskan tentang sejarah adalah orang-orang Belanda. Sehingga sudut pandang penulisan sejarah, juga sesuai pemikiran bangsa Belanda.

Tetapi sesudah masyarakat Indonesia mengenal tulis-menulis dan di bangun sekolah-sekolah, mulai sejak itu orang-orang Indonesia juga banyak yang menuliskan tentang Sejarah Indonesia ( Indonesia Centris).

PERUBAHAN SEJARAH :
1.      Sejarah Konvensional
Yaitu, sejarah tentang orang besar.
2.      Sejarah Kritis
Yaitu, sejarah yang telah menggunakan Arsip/dokumen, dan juga kajian sejarah menggunakan ilmu baru. ( sejarah yang saat ini/sekarang dipegang sebagai sumber pengembangan Historis).

PENULISAN SEJARAH DI INDONESIA
Historigrafi Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia Pertama di Yogyakarta. Tahun itu dianggap sebagai titik tolak kesadaran sejarah baru. Sementara itu, kurun histografi tradisional dapat dianggap berakhir dengan ditulisnya buku Cristische Beschouwing van de Sadjarah van Banten oleh Hosein Djajadiningrat pada tahun 1913. Buku itu ditulis dengan cara kritis mengkaji tradisi penulisan babad dalam khasanah sastra.
Agenda seminar itu meliputi filsafat sejarah nasional, periodisasi sejarah Indonesia, dan pendidikan sejarah. Dari sinilah, mulai “nasionalisasi” atau menggunakan istilah saat ini “pribumi” histografi Indonesia.
Peradapan yang berkelanjutan sampai tahun 1970 ialah
pertama, pertanyaan tentang Nederlandocentrisme dan Indonesiacentrisme bagaimana meletakkan tekanan pada sejarah orang Indonesia dalam sejarah Indonesia. Kepustakaan sejarah yang ada pada waktu itu lebih banyak menekankan peranan orang Eropa, dan melihat sejarah Indonesia sebagai sejarah ekspansi Eropa di Indonesia. Pertanyaan kedua ialah tentang objektivitas dan subjektivitas dalam histografi. Sue Nichterlein telah meringkaskan perdebatan itu dalam artikelnya, “Historicism and Historigraphy in Indonesia” sebuah pembicaraan yang meliput periode sampai 1970. Sebuah buku lain yang membicarakan alam pikiran sejarawan Indonesia, yaitu buku William H. Frederick dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi. Buku ini meliput periode  yang lebih lama, dan mengandung permasalahan yang beragam mengenai sejarah Indonesia.
Banyaknya perubahan telah terjadi pada tahun-tahun setelah 1970, tidak saja dalam arti pemikiran tentang bagaimana sejarah seharusnya ditulis, tetapi juga kegiatan dalam arti yang konkret, seperti diwujudkan dalam perkembangan kelembagaan, ideologi dan substansi sejarah.
Kategori pertama dari kepustakaan sejarah ialah yang ditulis oleh sejarawan akademis, kelompok yang sebenarnya mempunyai tanggung jawab terbesar dalam perkembangan historigrafi.
Alasannya cukup jelas, sejarawan akademis ialah mereka yang paling sadar tentang apa yang dikerjakan, mempunyai pendapat yang penuh pertimbangan tentang yang ditulis.
Sejak jurusan sejarah yang pertama didirikan pada tahun 1949, jumlah jurusan dan program ilmu sejarah terus berkembang, baik dalam wadah universitas maupun institut keguruan. Semuanya telah menyumbangkan karya tulisnya dalam perbendaharaan sejarah Indonesia.
Dalam penulisan sejarah kontemporer, misalnya penulis-penulis skripsi tidak saja ingat persoalan politik, tetapi sudah menjangkau masalah-masalah sosial, agama, budaya dengan pendekatan-pendekatan baru berdasar pengetahuan mereka mengenai ilmu-ilmu sosial.
Mereka yang membuat disertasi, baik di dalam maupun di luar negeri sejak 1975 sampai 1987 hampir semuanya mengambil sejarah nasional sebagai garapan. Kekurangan terbesar dari tulisan-tulisan akademis itu ilah pembagian perhatian wilayah yang tak seimbang. Kebanyakan  skripsi dan disertasi memusatkan perhatian pada daerah jawa. Dalam pembagian waktu, perhatian utama ialah pada abad ke-19, hanya sedikit yang menaruh perhatian pada masalah kontemporer, barangkali sebab utamanya ialah faktor resiko “politik” yang terlalu besar dalam penggarapan periode kontemporer.
Tradisi intelektual sejarawan Indonesia dapat dilacak pada Seminar Sejarah Pertama, tetapi untuk menunjuk buku yang paling dahulu berpengaruh barangkali publikasi Soedjatmoko, An Introduction to Indonesia Historiography, yang memuat berbagai keterangan mengenai sumber sejarah dan sumbangan berbagai disiplin untuk penulisan sejarah, merupakan landasan intelektual yang penting. Menjelang buku pengantar ke ilmu sejarah berdasar “ilmu sosial” itu, usaha untuk sejarah Indonesia otonom gema dari Seminar Pertama  dikerjakan secara baik oleh John R. Smail dalam artikelnya. “Toward an Autonomous History of Indonesia”. Tulisan ini berusaha melihat sejarah Indonesia dari pandangan orang dalam, dengan menekankan dinamika masyarakat Indonesia sendiri sehingga Indonesia bukanlah hanya ajang dari permainan kekuatan luar semata-mata. Dengan munculnya sejarah yang “social scientific” lengkaplah sudah dianggap selesai. Dalam hal ini rupanya ilmu sejarah berada di depan ilmu-ilmu lain dalam proses “pribumisasi” itu, sekalipun dampak isu “pribumisasi” ilmu sosial barangkali juga akan mendapatkan ruang dalam penulisan sejarah selanjutnya. Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam penulisan sejarah atau, apa yang disebut pendekatan multidimensional, pendekatan sejarah struktural, sejarah analitis sangat dianjurkan oleh Sartono Kartodirjo yang menjadi “sespuh” bagi sejarawan-sejarawan yang lebih muda. Bukunya, Pemikiran dan Perkembangan Historigrafi Indonesia: Suatu alternatif, telah membuka cakrawala baru dalam penulisan sejarah Indonesia dalam segi teori dan metodologi.
Sejak Seminar ini sebuah panitia dibentuk untuk memulai penulisan buku standar sejarah Indonesia. Buku standar itu bukan saja akan membawa ketegasan yang Indonesiasentris, tetapi juga membawa kemajuan yang dicapai dalam Seminar Sejarah Nasional Indonesia Kedua dengan cita-cita sejarah struktural dan analitik. Hasil yang dicapai ialah buku edisi pertama Sejarah Nasional Indonesia yang berjumlah enam jilid, yang tidak saja menekankan kronologi, proses, tetapi juga sejarah yang sinkronik-struktural.
Jika Seminar Sejarah Nasional Kedua menjawab tantangan Seminar Sejarah Nasional Pertama, maka Seminar Sejarah Nasioanl Ketigta di Jakarta tahun 1981 menjawab tantangan ke arah sejarah dengan pendekatan ilmu sosial sebagaimana dijanjikan dalam Seminar Sejarah Nasional Kedua di Yogyakarta. Seminar Ketiga ini dengan jelas menunjukkan bahwa sejarawan Indonesia sudah sungguh sadar tentang teoretik dan metodologis dalam penulisan.
Kemajuan-kemajuan semacam itu dicatat pula dalam Seminar Sejarah Lokal Pertama tahun 1982. Tidak seperti seminar sejarah nasional, yang diorganisasikan berdasar periode, Seminar Sejarah Lokal menekankan topik dan isu, sebuah sejarah yang “problem-oriented”. Tekanannya ialah pada sejarah pedesaan dan kota dengan bandingan yang sama. “perkembangan dan perubahan” menjadi isu sentral bagi banyak masalah, semuanya dengan perspektif sejarah.
Seminar Sejarah Lokal Kedua diselenggarakan pada tahun 1984. Keinginan untuk adanya relevansi kegunaan sejarah untuk pembangunan menguasai suasana seminar. Seminar terakhir ini secara kualitatif adalah suatu prestasi tersendiri, sebuah langkah maju, bukan saja untuk sejarawan, tetapi juga untuk para ilm uwan sosial lainnya.
Seminar Sejarah Lokal Kedua itu telah mengundang banyak makalah mengenai sejarah lokal luar-Jawa, sehingga dengan tema sejarah lokal, banyak ilmuwan sosial di luar didiplin sejarah tertarik untuk mengambil bagian. Ada makalah yang disajikan oleh ahli geografi, linguistik, antropologi, dan banyak lagi, sehingga seminar itu menuju ke sejarah interdisipliner yang sesungguhnya.
Yang menarik dalam seminar itu ialah digunakannya banyak metode sejarah lisan oleh beberapa sejarawan muda yang menulis mengenai periode revolusi.
Sejarah lisan bahkan kadang-kadang menjadi satu-satunya jalan menuju penggalian sumber sejarah.
Hasil kerja Seminar 1984 itu menarik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk memprakarsai sebuah seminar lain. Seminar itu direncanakan dalam beberapa tahapan, yang tahap awalnya sudah diselenggarakan akhir tahun 1984 itu juga, dan dihadiri oleh ahli filsafat, sosiologi, ekonomi, dan ilmu politik.
Melalui studi tentang paralelisme sejarah dan sejarah komparatif, proses perubahan sosial di beberapa tempat di Indonesia dapat dijelaskan secara rinci, karena sejarah barangkali satu-satunya ilmu yang sangat memperhatikan detail. Penyelenggaraan Seminar Sejarah Nasional Keempat di Yogyakarta 1985.
Kantor sejarah militer itu didirikan di lingkungan ABRI pada tahun 1964. Tradisi sejarah militer sebenarnya sudah diletakkan jauh sebelum adanya lembaga itu. Tokoh-tokoh militer yang penting seperti A.H Nasution, T.B Simatupang dan Hasan Basry telah menulis pengalaman mereka sewaktu revolusi fisik dalam memoire mereka.
Publikasi dari sejarah militer meliputi peristiwa-peristiwa revolusi fisik dan dokumentasi operasi-operasi militer sesudahnya. Dalam setiap operasi militer, seperti misalnya ke Timor-Timur, personil dari sejarah militer selalu diikutsertakan untuk merekam peristiwa.
Perlu dicatat disini bahwa buku A.H Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan, patut dicatat sebagai penemuan penting dalam sejarah militer, baik dalam dokumentasi perhatian pada rincian, dan peristiwa kemanusiaan, meskipun buku itu sendiri bukanlah penerbitan dari lembaga  resmi.
Kendala birokrasi sangatlah mempengaruhi hasil kerja sejarawan militer. Hierarki kedinasan terlalu ketat dalam sistem kerja mereka, sehingga karakteristik dan gaya pribadi sejarawan akan larut bersama aturan-aturan birokrasi itu.

Di luar ketiga kategori yang sudah disebut sejarah akademis, sejarah Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional (IDSN), dan sejarah militer masih perlu disebut sebuah kategori lagi, yaitu sejarah populer.
Ada buku populer yang sungguh mengejutkan, seperti buku Tuanku Rao yang memperoleh sambutan hangat dari masyarakat karena isu-isunya yang menghebohkan. Selain itu, tulisan-tulisan Slamet Mulyono mengenai masa-masa Majapahit dan permulaan Islam juga banyak mendapatkan tanggapan.
Buku sejarah yang patut dicatat sebagai karya yang memang khusus direncanakan untuk diterbitkan secara mandiri ialah biografi. Sebuah contoh dari biografi yang dengan cepat terjual habis ialah buku biografi Sultan Hamengkubuwana IX, Tahta dan Rakyat.
Nama seperti Soebagjo I.N. adalah orang yang paling produktif dan berjasa dalam menyelamatkan riwayat hidup banyak tokoh nasional. Lebih dari sepuluh biografi telah ditulisnya dalam lima belas tahun terakhir, suatu kerja keras yang tak seorang sejarawan pun dapat menandinginya. Ada lagi buku biografi yang ditulis oleh keluarga dekat tokoh politik dan militer yang sudah meninggal. Buku yang ada di pasaran misalnya ialah tulisan isteri dari almarhum Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi itu, dan buku yang ditulis oleh Rachmawati Soekarno Puteri yang melukiskan kehidupan Sukarno, sang ayah, dan ibundanya yang disingkirkan dari istana, Fatmawati. Biasanya buku kenangan semacam itu ditulis bersama seorang penulis tersamar dengan bantuan penuh dari keluarga mengenai riwayat, dan dokumen yang diperlukan. Ayip Rosyidi sudah menulis tentang Syafruddin Prawiranegara dan Ramadhan K.H. tentang Inggit Garnasih. Buku terakhir ini, Kuantar ke Gerbang oleh Ramadhan menarik karena tidak mengklaim sebagai biografi sungguhan, tetapi lebih sebagai roman biografi. Dalam buku ini terselip imajinasi pengarang, sehingga buku itu enak dibaca seperti layaknya sebuali novel yang baik. Sayang, karena ditulis dari perspektif “seorang isteri” tidak banyak diungkapkan kehidupan politik Sukarno pada waktu awal karirnya. Barangkali bukan itu memang maksud pengarangnya.
Salah satu produksi buku yang luas pemasarannya rupanya ialah buku-buku tentang sejarah Islam. Nama-nama seperti Taufik Abdullah dan Deliar Noer patut disebut sebagai pengarang yang produktif. Kadang-kadang penerbitan buku sejarah diambil dari disertasi, seperti misalnya buku H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. Buku itu diterbitkan tentu dengan harapan akan menarik minat pembaca, karena keingintahuan pembaca tentang paralelisme dalam sejarah. Selain buku tentang Islam, yang menarik juga ialah buku dengan latar belakang etnis. Sebuah buku tentang Sumatera Barat yang ditulis oleh Rusli Amran, Sumatera Barat Plakat Panjang dan Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang, dengan cepat terjual.
Arsip Nasional yang mengerjakan kearsipan statis dan dinamis mempunyai cabang-cabangnya di tingkat lebih bawah, sekalipun sekarang masih dalam tingkat rintisan.
Proyek sejarah lisan yang dirintis oleh Arsip Nasional sejak tahun 1970 sekarang telah banyak menghasilkan. Wawancara dengan tokoh-­tokoh nasional, maupun dengan rakyat kebanyakan, menjanjikan banyak kesempatan bagi penulisan sejarah sosial, politik, militer yang belum terjangkau sampai saat ini. Ada beberapa wawancara yang sudah diterbitkan, tetapi lebih banyak lagi yang masih tersimpan sebagai kaset. Publikasi Arsip Nasional, Buletin Sejarah Lisan, menyerbarluaskan hasil-hasil pekerjaan lembaga itu, sekaligus meyakinkan publik mengenai pentingnya sejarah lisan. Pengalaman mereka yang lebih dua dasawarsa itu patut menjadi bahan kajian untuk merintis kegiatan yang sama bagi jurusan di daerah-daerah, terutama karena begitu banyak tokoh, peristiwa, yang akan lenyap dari memori saksi mata dalam waktu dekat ini. Yang masih terasa berat barangkali ialah “keabsahan” sumber lisan sebagai sumber sejarah. Akan tetapi, itu permasalahan metode sejarah yang dapat dipecahkan.
Kegiatan lain dari Arsip Nasional ialah penerbitan sumber sejarah. Banyak yang sudah diterbitkan, di antaranya ialah surat-surat perjanjian antara pemerintah kolonial dengan raja-raja lokal, memori serah jabatan, laporan pedesaan, laporan-laporan politik.
Jasa dari Perpustakaan Nasional yang menyimpan banyak buku-buku lama. Akan tetapi, jasa yang paling besar ialah tersimpannya majalah dan surat-surat kabar dari seluruh Indonesia.
Sebagai kesimpulan, kita mencatat bahwa selama ini kegiatan sejarah masih terlalu banyak bergantung pada dukungan dari pemerintah. Bagian dari “usaha swasta” dalam penulisan sejarah sudah cukup banyak, tetapi masih belum mampu untuk menarik perhatian sejarawan melepaskan diri dari ketergantungan pada uluran tangan pemerintah. Barangkali hal ini disebabkan oleh masih langkanya publik pembaca sejarah, karena tingkat baca secara nasional masih rendah. Dalam hal ini sejarawan rupanya lebih dibatasi oleh kelangkaan dana yang mandiri, lebih dari pada keterbatasan ideologis. Pertumbuhan pasar untuk tulisan sejarah masih terbatas. Pembaca belum bersedia mendukung pertumbuhan historiografi Indonesia. Tidak ada jurnal sejarah yang terbit secara teratur, baik akademis maupun popular. Sejarah masih merupakan barang mewah yang sedikit peminatnya.

1 komentar:

harmonemacfadden mengatakan...

JT casino and sports betting license granted in
The 사천 출장안마 licensing agreement for the 양주 출장마사지 new JT Casino is 영주 출장마사지 set to become effective 하남 출장안마 in the second half 제천 출장마사지 of 2022. JT is licensed to operate on

Posting Komentar

Copyright 2009 Dinta Galuh. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates